Desa Balerante

Merti Desa?? Suatu upacara adat yang mungkin tak asing bagi kita. Dimana Tradisi yang untuk saat ini masih terus lestari tak hanya menentramkan hati, namun juga memberikan kebanggaan atas ragam kekayaan budaya di negeri ini. Sebuah tradisi yang perlu dilestarikan, karena semakin kekinian, tradisi ini mulai di tinggalkan, acara ini masih tetap berlangsung, walaupuntidak banyak lagi yang melakukannya, khususnya di seputar Kabupaten Klaten.

Merti desa, sering disebut juga bersih desa, hakikatnya adalah simbol rasa syukur masyarakat kepada Yang Maha Kuasa atas limpahan karunia yang diberikan-Nya. Karunia tersebut bisa berujud apa saja, seperti kelimpahan rezeki, keselamatan, serta ketentraman dan keselarasan hidup. Bahkan orang Jawa percaya, ketika sedang dilanda duka dan tertimpa musibah pun, masih banyak hal yang pantas disyukuri. Masih ada hikmah dan pelajaran positif yang dapat dipetik dari terjadinya sebuah petaka. Di samping itu, rasa syukur juga bisa menjadi pelipur sekaligus sugesti yang menghadirkan ketenangan jiwa.

Merti desa biasanya dilakukan pada bulan bulan tertentu, dalam kalender jawa. Di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten belum lama ini, tepatnya tanggal 27 Oktober 2019 mengadakan Merti Desa. Yang di ikuti oleh seluruh warga di Desa Balerante. Baik muda ataupun yang sudah berumur. Dalam Meti Desa peran masyarakat dalam partisipasinya sangat menentukan proses dan kelestarian budaya ini. Karena secara langsung mereka melakukan kontak langsung dengan melaksanakan merti desa.

Acara dalam merti desa antara lain adanya arak-arakan yang akan diikuti oleh masyarakat. Ini adalah acara yang sangat di tunggu oleh masyarakat sekitar. Dimana semua lapisan masyarakat menjadi satu, bermpadu dalam satu rombongan. Berjalan hingga sejauh 1 km. Dari Dusun Gondang ke Lokasi Obyek Wisata Kalitalang. Dalam rombongan arak-arakan ini terdapat macam-macam oragan, atau segmen sesuai dengan kreatifitas masing- masing RT. Ada kontingen yang meamakai pakaian adat jawa, pakaian petani, wayang, dll. Tidak terkecuali terdapat gunungan, tokoh masyarakat seperti RT dan RW serta anggota dari OPRB (Organisasi Pengurangan Rawan Bencana)

Acara merti desa ini mempunyai beberapa tahap. Yang pertama iyalah pengumpulan ingkung dari seluruh RT yang ada di Desa Balerante di tempat keberangkatan rombongan, lalu di bawa dan di arak bersamaan dengan gunungan dan nasi tumpeng yang dibawa dengan menggunakan tandu yang terbuat dari bambu. Seperti kontingen dari masing-masing RT, nasi tumpeng, ingkung dan gunungan. Arak-arakan sepanjang 100 meter, yang di ikuti oleh ±250 warga menjadi sebuah tonotnan tersendiri. Suara gamelan, alat musik tradisional menjadi sangat indah dan menymbolkan banyaknya kebudayaan di Indonesia.

Di tengah acara, sedekah yang diujudkan dalam bentuk gunungan berikut sesajian dan beragam ubo rampe itu dibagikan kepada seluruh warga desa serta siapa pun yang hadir. Biasanya, prosesi pembagian sedekah ini sengaja dilakukan dengan cara diperebutkan, sehingga menghadirkan atraksi yang begitu meriah sebagaimana yang berlangsung dalam Upacara Garebeg.

Selain menjadi perujudan rasa syukur, upacara merti desa acapkali juga terkait dengan ritual penghormatan kepada leluhur, sehingga menghadirkan berbagai ritual simbolik terkait dengan tokoh dan riwayat yang diyakini menjadi cikal bakal keberadaannya. Semuanya dilakukan dengan tetap memanjatkan doa dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa demi keselamatan, ketentraman, kesejahteraan dan keselarasan hidup seluruh warga desa.

Silaturahmi, guyub, rukun, gotong royong, kebersamaan, keakraban, tepa selira dan harmonis adalah sebagian dari sederetan kosakata yang begitu tepat dan saling menjalin makna saat menggambarkan bagaimana suasana yang terpancar dari berlangsungnya tradisi merti desa.